Komunikasi adalah proses membagi informasi yang memiliki tujuan tertentu antara dua atau lebih partisipan secara sukarela. Kemampuan komunikasi dalam ilmu kedokteran penting untuk hasil klinik yang baik. Kemampuan komunikasi yang baik berasal dari pengetahuan dan intuisi yang baik dari dokter serta adaptasi yang baik pula dari pasien.1
A. Studi
Pasien kanker dan keluarganya memiliki prevalensi yang tinggi akan kejadian stres psikologis. Stres ini dapat diminimalisir dengan komunikasi dan dukungan dari dokter. Studi yang melibatkan 17 uji klinis terandominasi terkontrol (randomized controlled trial atau RCT) pada pasien kanker rawat jalan menyimpulkan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan berbagai kursus communication skills training (CST) sehingga dokter tidak hanya menyampaikan berbagai informasi kepada pasien tanpa melihat respon individu, namun juga melihat emosi dan meningkatkan empati kepada pasien.2
B. Pelatihan Komunikasi
Menyambung dari studi diatas, maka pelatihan komunikasi empatik sebaiknya diperkenalkan sejak dini pada mahasiswa fakultas kedokteran. Pelatihan harus meliputi pelatihan aktif dengan fasilitator yang handal, metode androgogi, dan adanya umpan balik. Pelatihan mengenai perbedaan kultural, penerimaan, dan menghormati tiap pasien juga penting untuk meminimalisir efek negatif. Salah satu bentuk pelatihan komunikasi empatik adalah pelatihan penyampaian kabar buruk yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk peserta pendidikan spesialis, dapat diberikan kursus intensif selama beberapa hari untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.3
C. Formulasi Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif mengutamakan interaksi adekuat antara dokter, pasien, dan pelayanan kesehatan. Dokter tidak hanya menyampaikan informasi, namun juga mengawasi keberhasilan maupun kegagalan terapi beserta efek samping dan efek positifnya. Dokter juga harus memiliki pengetahuan mengenai preferensi pasien, empati dan peduli, mempercayai pasien, menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana serta mampu memberi respons positif kepada pasien. Adaptasi pasien dilakukan baik secara non-verbal (kontak mata, atensi, tidak terdistraksi) maupun verbal (empati, penuh hormat, dan menghindari interupsi).1
Di lain pihak, pasien dimotivasi untuk mengemukakan keadaan dirinya secara jujur. Pada akhirnya, terbentuk suatu garis linear yang menghubungkan pikiran dan ekspektasi antara dokter dengan pasien.1

Gambar 1. Komunikasi Berbasis Pasien
(Diadaptasi dari: Hasan I, Rashid T. Clinical communication, cancer patients & considerations to minimize the challenges. Journal of Cancer Therapy. 2016.)
D. Etika dalam Komunikasi
Dokter harus mampu mengidentifikasi pilihan spektrum terapi yang tersedia, memahami kebutuhan dan indikasi terapi terhadap pasien, mempertimbangkan biaya, dan menghormati otonomi pasien. Dokter juga harus menyampaikan dengan lengkap mengenai risiko terapi yang akan diberikan.4
E. Komponen Informasi
Komponen informasi meliputi:3
Bukan hanya untuk memaparkan fakta, namun juga membangun relasi kuat antara dokter dengan pasien dan meningkatkan sisi psikososial pasien dan kemampuannya menyerap informasi. Informasi hendaknya bersifat personal untuk tiap pasien, meliputi tipe kanker dan stadium berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kebudayaan pasien. Kebutuhan informasi pada pasien Kanker Payudara lebih tinggi dibandingkan penyakit lain.3
Sebelum berkonsultasi, umumnya pasien sudah memiliki informasi sendiri yang mereka baca melalui media seperti internet. Oleh karena itu, media massa sangat mempengaruhi interaksi dokter-pasien.3
Tujuannya adalah agar pasien mengerti dan dimengerti. Meskipun telah dijelaskan oleh dokter, pasien biasanya tidak langsung mengerti substansi informasi mengenai gejala klinis mereka. Sebaliknya, dokter sebagai pemberi informasi seringkali memiliki estimasi berlebihan, sehingga menyangka pasien telah mengerti seluruh informasi.3
Dokter seringkali menggunakan istilah medis yang pasien tidak mengerti. Selain itu, dokter juga sering tidak mengecek kembali pemahaman pasien. Di lain pihak, pasien seringkali malu untuk bertanya lagi. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penggunaan rekaman audio pada konsultasi awal.3
Penyampaian kabar buruk yang empatik akan menyebabkan informasi yang tersampaikan lebih baik; pasien lebih termotivasi untuk mengikuti terapi dan lebih nyaman untuk bertanya kembali; serta pasien lebih siap menerima keputusan terapi dan lebih paham tingkat diagnosisnya.3
Informasi mengenai prognosis sangat membantu pasien dalam menentukan pilihan terapi, merencanakan hidup selanjutnya, dan menerima dukungan yang optimal. Pandangan pasien dapat beragam, ada yang ambivalen atau inkonsisten (mendorong dokter memberikan informasi prognosis secara lengkap, namun menolak kabar prognosis buruk).3
Terdapat kecenderungan bahwa pasien lebih dapat menerima komunikasi dalam bahasa yang positif (misal: angka kemampuan hidup) dibandingkan bahasa yang negatif (misal: kematian). Oleh karena itu, elemen spesifik penyampaian prognosis hendaknya meliputi pemberian kesimpulan, pengecekan kembali pemahaman pasien, mendengarkan pasien secara aktif, memberikan respon positif, menciptakan suasana privasi yang terjamin, dan menyediakan waktu yang cukup untuk berdiskusi.3
F. Protokol Komunikasi Efektif
Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam praktek sehari-hari antara lain protokol CLASS, SPIKES, CONES, dan EVE. Indikasi keempat protokol adalah:3
Tabel 1. Protokol Komunikasi Dokter-Pasien Untuk Praktik Sehari-hari3
Protokol | Indikasi |
CLASS | Seluruh komunikasi medis. |
SPIKES | Menyampaikan kabar buruk kepada pasien dan keluarga. |
CONES | Menyampaikan bahwa telah terjadi kesalahan medis pada pasien dan keluarga. Mengungkapkan bahwa ada kemunduran secara tiba-tiba pada kondisi medis pasien. Membicarakan adanya kematian mendadak pada pasien kepada keluarga. |
EVE | Tindakan balik bila ada perasaan emosi. |
Informasi lengkap mengenai tiap protokol adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Protokol CLASS3
Tahapan | Keterangan |
C (Context) |
Memilih area privat untuk memulai pembicaraan, mata pemeriksa sejajar dengan pasien atau keluarganya, tidak boleh ada penghalang antara pemeriksa dan pasien, persilahkan pasien atau keluarga duduk di samping klinisi bila pemeriksa berada di belakang meja, dan sediakan kotak tisu.
Keluarga/sahabat Bahasa tubuh
Tampilkan keadaan santai, tubuh condong kearah pasien, sikap tubuh terbuka, tetap pertahankan kontak mata kecuali pasien menjadi sedih.
Sentuhan
|
L (Listening skills) | Buat pertanyaan terbuka “Bagaimana kondisi Anda dengan terapi yang baru?” “Dapatkah Anda memberitahukan kepada saya tentang apa yang Anda rasakan?”
Fasilitasi Klarifikasi “Jadi, dari yang saya pahami, Anda mencoba mengatakan ....” “Coba ceritakan lebih jauh tentang hal itu.”
“Jadi meskipun Anda merasa sudah menerima diagnosis apapun, Anda ternyata tetap saja merasa terpukul saat ini?” “Anda tahu bahwa saat ini terapi yang terbaik untuk kondisi Anda adalah kemoterapi. Namun Anda masih merasa takut dengan efek sampingnya ya?” Waktu dan interupsi
Bila Anda mengalami kendala dalam janji pertemuan, beritahukan pasien dari jauh-jauh hari. Jangan menjawab telepon atau gawai selagi berbicara dengan pasien. Bila harus, pastikan meminta izin dan maaf terlebih dahulu kepada pasien.
|
A (Acknowledge) | Respon Empatik Identifikasi emosi pasien, kemudian identifikasi juga penyebab emosi tersebut. Tanggapi emosi dengan menunjukkan bahwa Anda telah menarik benang merah antara emosi dan penyebabnya. “Pasti hal itu akan terasa buruk ketika ....” “Sebagian besar orang pasti akan merasa sedih tentang hal ini.”
“Apapun yang Anda rasakan saat ini valid adanya…” “Jadi Anda merasa bingung karena…” |
S (Strategy) |
Ingatkan dalam pikiran Anda atau klarifikasi dengan pasien tentang harapan pasien mengenai pengobatan dan hasilnya. Tentukan rencana pengobatan terbaik bagi pasien. Rekomendasikan strategi untuk melanjutkan rencana pengobatan. Evaluasi respon pasien. Kolaborasi dan setuju terhadap rencana pengobatan.
|
S (Summary) |
Rangkum hasil diskusi secara jelas dengan perilaku sopan. Pastikan apakah pasien telah mengerti. Tanyakan apakah pasien masih memiliki pertanyaan untuk Anda. Apabila Anda tidak memiliki waktu lagi untuk pertanyaan selanjutnya, beritahukan pasien bahwa mereka dapat menanyakannya dalam sesi selanjutnya. Buat jadwal follow-up yang jelas.
|
Tabel 3. Protokol SPIKES3
Tahapan | Keterangan |
S (Setting up the conversation) | Pastikan berada di tempat layak untuk diskusi (tenang dan tidak berisik). Persiapkan apa yang akan Anda katakan dan antisipasi reaksi pasien/keluarga. Sertakan pula orang penting (yang diinginkan oleh pasien) dalam ruangan. Dudukkan pasien dekat dengan Anda dan pastikan tidak ada penghalang di antara dokter dan pasien. Duduk dan berusaha bersikap tenang dengan sikap tubuh terbuka dan condong kearah pasien. Upayakan kontak mata.
|
P (Perception) | “Coba ceritakan apa yang telah Anda ketahui tentang kondisi penyakit Anda sejauh ini.” “Apa yang dikatakan oleh dokter lain kepada Anda?” “Saya menginginkan adanya pemahaman yang sama antara saya dan Anda tentang penyakit Anda, jadi bisakah Anda menceritakannya kepada saya....?” Nilai tingkat pemahaman pasien dan keluarganya terhadap penyakit yang diderita pasien. Catat perbedaan pemahaman antara pasien dengan kenyataan yang sebenarnya. Perhatikan tanda penyangkalan.
|
I (Invitation) | “Saya ingin melihat langsung hasilnya, apakah itu oke?” “Hari ini rencana saya adalah diskusi mengenai .... Apakah itu oke?” |
K (Knowledge) | Jangan: “Kamu memiliki nuclear grade 1 ER/PR positif dengan lesi 4 cm spikulasi” Lebih baik: ”Anda memiliki tumor dengan ukuran cukup baik di payudara Anda” Cobalah untuk mengisi perbedaan persepsi. Berikan informasi yang telah dibagi dalam bagian-bagian kecil. Setiap selesai memberikan informasi dalam bagian kecil tersebut, verifikasi ke pasien untuk mengetahui pemahamannya.
“Apakah Anda sejauh ini paham apa yang saya ucapkan?” |
E (Emotions) | Tangani emosi dengan segera begitu emosi tersebut muncul karena pasien yang sangat emosional tidak akan mendengarkan apa pun yang dokter katakan. Gunakan pertanyaan langsung dan terbuka untuk mengetahui apa yang pasien rasakan.
“Dapatkah Anda menceritakan apa yang Anda rasakan” “Apakah hal tersebut membuat Anda marah?” “Saya dapat memahami bahwa Anda tidak mengharapkan hal ini.” “Sebagian besar orang juga akan sedih mendengar hal ini.” “Apapun yang Anda rasakan saat ini valid atau nyata adanya” Pasien : “Saya tidak tahu bagaimana saya akan memberitahukan hal ini kepada anak-anak saya.” Dokter : “Ceritakan lebih jauh tentang hal itu kepada saya.” Tetap jaga emosi kita sebagai dokter, jangan sampai mengambil alih diskusi. Hindari respons dengan harapan palsu.
“Semua akan baik-baik saja.” “Saya sering melihat banyak keajaiban terjadi.” Catatan: Sebagai dokter, kita tidak perlu merasakan hal yang sama dengan apa yang pasien rasakan atau kita tidak perlu selalu setuju dengan pasien. |
S (Strategy and Summary) | Tentukan rencana pengobatan terbaik untuk pasien. Ingatkan dalam pikiran Anda atau klarifikasi dengan pasien, bagaimana harapan mereka mengenai pengobatan dan hasilnya. Rekomendasikan strategi untuk melanjutkan pengobatan. Kolaborasi dan tanyakan persetujuan terhadap rencana tersebut. Minta pasien untuk mengulang apa yang telah Anda jelaskan untuk mengetahui bahwa mereka paham tentang rencana tersebut. Miliki rencana pengobatan yang jelas dalam bentuk tertulis untuk dibawa pulang oleh pasien.
|
Tabel 4. Protokol CONES3
Tahapan | Keterangan |
C (Context)
|
Persiapkan apa yang akan dikatakan serta antisipasi reaksi pasien dan keluarga. Pilih tempat percakapan yang tenang dan tidak berisik. Pastikan pasien duduk dekat dengan Anda dan tidak ada penghalang di antara Anda dan pasien. Duduk, coba untuk tenang, sikap tubuh terbuka dan condong ke arah pasien, dan pertahankan kontak mata. Siapkan kotak tisu.
|
|
O (Opening shot) | “Hal ini sulit. Saya harus memberitahu Anda bahwa saya telah menemukan apa yang membuat ibu Anda sakit parah.” “Hal ini sulit, namun saya memiliki informasi penting yang harus saya sampaikan kepada Anda.” “Saya harus berbicara dengan Anda mengenai kondisi penyakit Anda.” “Terima kasih sudah mau datang. Saya harus menyampaikan apa yang telah terjadi dengan ayah Anda.” |
N (Narrative) | “Seperti yang Anda ketahui, ibu Anda kembali dalam kondisi ....” “Kemudian, kami memberinya ... dan hanya ada sedikit perbaikan.” “Malam kemarin, kami ... dan saya baru mengetahui bahwa ....” “Dengan kata lain, dia terlalu banyak menerima ……………..” “Kami telah memulai investigasi dan pada akhir hari ini, saya harap saya sudah dapat menjawab pertanyaan Anda sejelas-jelasnya.” “Saya harap pada akhir hari ini dia dapat kembali dari kondisi kritis dan mulai menunjukkan perubahan.” “Saya sungguh minta maaf hal ini sampai terjadi.” |
E (Emotions)
|
“Saya tahu hal ini sangat menyedihkan untuk Anda dan ini sangat menyakitkan juga untuk saya.” “Saya tahu hal ini menyedihkan.” “Hal ini sangat jarang, tetapi hal ini sungguh terjadi dan saya minta maaf karena hal ini terjadi.” |
S (Strategy and Summary) |
“Saya adalah dokter yang bertanggung jawab terhadap ibu Anda, jadi sangat penting untuk saya untuk mengetahui apa yang telah terjadi.” “Saya akan jujur dan terbuka kepada Anda ketika saya telah memiliki semua fakta yang ada.” “Saya dapat menjamin bahwa kami akan melakukan yang terbaik.” “Ini adalah yang coba saya lakukan.” “Mari bertemu pada akhir hari ini atau saya dapat menghubungi Anda saat saya tahu informasi lebih banyak.” Bila Anda masih belum mengetahui jawabannya, katakanlah demikian dan Anda akan berusaha untuk mencarinya. Mengungkapkan kesalahan medis saat ini adalah sebuah standar, bukan suatu pilihan. Pengungkapan informasi sensitif dapat memiliki dampak menguntungkan dalam tuntutan malapraktik.
|
Catatan: penyampaian berita harus disampaikan oleh orang paling senior dalam tim yang menangani pasien. |
Tabel 5. Protokol EVE3
Tahapan | Keterangan |
E (Explore the emotion)
|
| | “Dapatkah Anda menceritakan lebih jauh tentang yang Anda rasakan?” “Jadi saat ini Anda merasa sangat terpukul ya? Kalau dengan skala, dari skala 1-5, dimana 1 Anda merasa biasa saja dan 5 Anda merasa sangat terpukul, ada di skala berapa rasa terpukul Anda saat ini?” | | “Saya dapat melihat kenapa Anda sangat marah.” |
|
V (Validate the emotion)
|
| “Saya dapat memahami bahwa hal tersebut membuat Anda marah.” | “Kebanyakan orang akan merasakan hal tersebut.” “Semua perasaan yang Anda rasakan nyata adanya” “Hal ini memang bukanlah hal yang mudah untuk siapapun” |
|
E (Empathic response)
|
| “Maafkan saya hal ini terjadi dan saya memahami bagaimana hal itu akan membuat Anda merasa seperti itu.” | “Saya mendengarkan apa yang Anda katakan. Hal itu pasti sangat sulit bagi Anda.” | “Saya memahami maksud Anda. Jelas hal itu sangat menyedihkan.” “Saya ikut prihatin atas apa yang terjadi karena tentunya hal ini bukanlah hal yang mudah bagi siapapun” |
|
Terdapat pula protokol untuk konsultasi klinik, yakni protokol REBELS5
Mengenali bahwa terdapat masalah yang harus diselesaikan.
Menunjukkan empati, refleksi, dan merangkum sudut pandang pasien.
Menciptakan batasan profesional, interpersonal, dan etikolegal.
Meletakkan pasien pada pusat interaksi.
Menggunakan bahasa umum.
Memfokuskan solusi setelah menunjukkan empati dan menyoroti masalah dan ketertarikan pasien.
Referensi:
Hasan I, Rashid T. Clinical communication, cancer patients & considerations to minimize the challenges. J Cancer Ther. 2016;7:107–13.
Moore P, Rivera S, Bravo-Soto G, Olivares C, Lawrie T. Communication skills training for healthcare professionals working with people who have cancer.
Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2018 [cited 5 Juni 2021];3751(7). Available from: https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD003751.pub4/full
Sobri F, Azhar Y, WIbisana I, Rachman A. Manajemen Terkini Kanker Payudara. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2021, p.453-9.
Mazilu L, Niculescu Z, Suceveanu AI, Suceveanu AP, Tofolean D. and Adam T. Ethical aspects of communication with cancer patients. Revista Romana de Bioetica. 2013;8:181–8.
Mansson J, Kebede BG. The role of communication in cancer consultation. Sweden: University of Gothenburg; 2015.