Tulisan di bawah ini disusun berdasarkan sumber yang dianggap terkini namun
juga cukup realistis untuk diterapkan di berbagai negara, karena memberikan
arahan alternatif untuk kondisi-kondisi yang berbeda. Diharapkan praktisi
kesehatan yang membaca akan mendapat manfaat arahan untuk mampu memberikan
terapi kanker payudara yang tepat bagi masyarakat Indonesia untuk saat ini.
I. Kanker Payudara Stadium Awal
Pada awal diagnosis kanker payudara, maka sebaiknya dokter memperhatikan
hal berikut:
-
Setelah terdiagnosis kanker payudara, seorang pasien akan menghadapi
sesuatu yang baru dan asing. Hal ini akan menciptakan tingkat stres yang
berbeda pada masing-masing pasien dan perlu ditangani secara khusus sesuai
kebutuhan setiap individu.
-
Sebagian besar pasien hanya akan mengingat potongan-potongan dari informasi
yang diberikan dokter kepada dirinya. Pasien akan membutuhkan ruang dan
waktu untuk dapat memproses dan memahami informasi mengenai diagnosis
mereka, sehingga mereka dapat merasa siap menjalani rencana perawatan yang
akan dilakukan.
Anjuran pemberian informasi untuk pasien yang baru terdiagnosis kanker
payudara:
-
Informasi mengenai diagnosis dan pilihan perawatan sebaiknya diberikan
dalam beberapa kali kesempatan (baik secara verbal maupun tertulis)
dengan komprehensif dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
-
Dianjurkan untuk menggunakan situs web dengan informasi yang dapat dipercaya
dan berfokus pada kepentingan pasien atau sumber informasi serupa.
-
Pasien harus secara aktif terlibat dalam semua keputusan perawatan.
Pemilihan Terapi:
-
Pemilihan strategi perawatan harus didasarkan pada tumor burden (ukuran
dan lokasi tumor primer, jumlah lesi, keterlibatan kelenjar getah
bening/KGB) dan sifat biologis tumor (patologi, meliputi biomarker dan
ekspresi gen), serta usia, status menopause, kondisi kesehatan secara
umum, dan preferensi pasien.
-
Usia pasien dan hubungannya dengan faktor-faktor lain harus turut
dipertimbangkan dan tidak boleh menjadi satu-satunya penentu untuk menahan
atau memilih suatu pengobatan.
-
Pada pasien pramenopause, masalah fertilitas harus didiskusikan sebelum
menginisiasi pengobatan sistemik apapun.
Algoritma di bawah ini
menggambarkan terapi kanker payudara stadium awal:1
1. Mastektomi (untuk kasinoma invasif) : pada sebagian pasien, mastektomi
masih dilakukan karena hal-hal berikut
- Ukuran tumor (relatif terhadap ukuran payudara)
- Multisentrisitas tumor
- Ketidakmampuan mendapatkan batas sayatan negatif setelah reseksi beberapa
kali
- Riwayat radiasi pada dinding dada/payudara atau kontraindikasi lain
terhadap radioterapi
- Tidak sesuai untuk tindakan BCS onkoplastik dan
- Pilihan pasien
2. BCS (untuk karsinoma invasif)
- BCS merupakan pilihan terapi lokal yang lebih dipilih pada sebagian besar
pasien kanker payudara stadium dini, dengan menggunakan teknik
onkoplastik, untuk mempertahankan hasil estetika yang baik dalam
kasus-kasus yang sulit, apabila dibutuhkan. Teknik onkoplastik adalah
teknik operasi yang mamadukan kaidah onkologis serta prinsip bedah plastik
untuk mendapatkan luaran estetika yang dapat diterima pasien dengan
baik.
- Penilaian histologis batas sayatan tumor harus dilakukan dengan
hati-hati. Pada karsinoma invasif, syarat batas sayatan adalah tidak
ditemukannya tumor pada tepi-tepi sayatan yang terwarnai oleh tinta (no
tumor at inked margins). Sedangkan pada karsinoma in situ, syarat batas
sayatan bebas adalah > 2 mm dari tepi tumor.
- Penandaan tumor bed dengan klip merupakan cara standar untuk penentuan
lokasi booster radioterapi jika diperlukan.
3. Operasi Rekonstruksi Payudara
- Rekonstruksi payudara seharusnya tersedia dan diusulkan pada semua pasien
wanita yang membutuhkan mastektomi.
- Rekonstruksi payudara seharusnya ditawarkan kepada sebagian besar pasien,
kecuali pasien dengan kanker inflamatif (inflammatory cancer).
- Teknik rekonstruksi optimal untuk setiap pasien harus didiskusikan secara
individual dengan mempertimbangkan faktor anatomi, faktor terkait terapi
serta preferensi pasien.
4. Pembedahan kelenjar getah bening aksila
- Biopsi KGB sentinel (sentinel lymph node biopsy / SLNB) lebih diutamakan
dibandingkan diseksi aksila dalam menentukan stadium KGB aksila pada
kanker payudara stadium dini dengan KGB aksila yang secara klinis
negatif.
- Diseksi aksila pada SNLB positif tidak perlu dilakukan pada kasus dengan
low axillary disease burden (mikrometastasis atau metastasis pada 1-2 KGB
sentinel, namun diterapi dengan radioterapi payudara tangensial
pascaoperasi).
- Radiasi aksila merupakan alternatif valid yang dapat dilakukan pada
pasien dengan SLNB positif, terlepas dari jenis operasi payudara.
5. Pembedahan untuk ductal carcinoma in situ (DCIS)
- Pembedahan BCS yang diikuti dengan whole-breast radiotherapy (WBRT) atau
mastektomi total dapat dilakukan pada DCIS.
- Margin 2 mm pada BCS dikatakan adekuat untuk pasien DCIS yang diterapi
dengan WBRT.
- SLNB sebaiknya tidak dilakukan secara rutin pada pasien dengan DCIS,
kecuali pada tumor berukuran besar dan dengan derajat tinggi (high-grade),
terutama apabila mastektomi dibutuhkan.
B. Radioterapi: 1
- Radioterapi pascaoperasi sangat direkomendasikan setelah BCS.
- Booster radioterapi (radiasi pada bed tumor) direkomendasikan untuk mengurangi
risiko relaps pada jaringan payudara, pada pasien dengan risiko kekambuhan
lokal yang lebih tinggi, yaitu pasien <50 tahun, tumor grade 3, adanya
invasi vaskular atau komponen intraduktal ekstensif, dan eksisi tumor
non-radikal.
- Radioterapi pascamastektomi (post-mastectomy radiotherapy / PMRT)
direkomendasikan untuk pasien berisiko tinggi, termasuk pasien dengan tepi
sayatan tidak bebas (involved resection margins), KGB aksila positif
(involved axillary lymph nodes) dan tumor berukuran T3-T4.
- Radioterapi KGB lokoregional komprehensif direkomendasikan untuk pasien
dengan keterlibatan KGB.
- Setelah diseksi KGB aksila (axillary lymph node dissection / ALND),
radiasi aksila rutin tidak boleh dilakukan pada bagian aksila yang telah
dioperasi.
- Jadwal hipofraksinasi sedang (15-16 fractions of < 3 Gy/fraction)
direkomendasikan untuk radioterapi pascaoperasi kanker payudara.
- WBRT direkoomendasikan untuk sebagian besar wanita dengan DCIS yang
dilakukan BCS.
- Pada pasien dengan DCIS risiko rendah, radiasi dapat tidak dilakukan.
- Booster radioterapi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan risiko kekambuhan
lokal yang lebih tinggi.
- Radioterapi pascamastektomi tidak direkomendasikan untuk DCIS.
C. Terapi Sistemik:
1
Tabel 3. Rekomendasi terapi sistemik untuk subtipe kanker payduara stadium
dini
Subtipe
|
Rekomendasi Terapi
|
Keterangan
|
Luminal A-like
|
Terapi hormon saja pada sebagian besar kasus
|
|
Luminal B-like (HER2-negatif)
|
Kemoterapi dilanjutkan dengan terapi hormon pada sebagian kasus
|
Pertimbangkan kemoterapi apabila tumor burden tinggi (>
4 KGB, T3 atau lebih)
|
Luminal B-like (HER2-positif)
|
Kemoterapi + anti-HER2, dilanjutkan dengan terapi hormon pada
semua pasien
|
Apabila terdapat kontraindikasi kemoterapi, pengobatan dengan
terapi hormon + anti-HER2 dapat dipertimbangkan, meski belum
terdapat data dari randomised trial.
|
HER2-positif (non-luminal)
|
Kemoterapi + anti-HER2
|
|
Tripel-negatif (duktal)
|
Kemoterapi
|
|
Terapi Sistemik Kanker Payudara :
1
- Terapi adjuvan sistemik sebaiknya dimulai dalam 3-6 minggu setelah
pembedahan dan terapi neoadjuvan sistemik sebaiknya dimulai segera setelah
penegakan diagnosis dan stadium (proses penegakan diagnosis dan stadium
idealnya selesai dalam 2-4 minggu).
- Keputusan terapi sistemik adjuvan harus dibuat berdasarkan risiko
kekambuhan individu (yang bergantung pada tumor burden dan sifat
biologi tumor), sensitivitas yang diprediksi terhadap jenis pengobatan
tertentu, manfaat dan toksisitas jangka pendek dan jangka panjang dari
sebuah terapi, usia biologis pasien, status kesehatan umum, komorbiditas dan
preferensi pasien.
- Semua kanker luminal-like harus diterapi dengan terapi hormon.
- Sebagian besar kanker luminal A-like tidak membutuhkan kemoterapi,
kecuali pada kanker dengan high burden disease.
- Penggunaan kemoterapi pada pasien dengan kanker
luminal B-like HER2-negatif bergantung pada risiko kekambuhan
individu yang dianggap responsif terhadap terapi hormon dan preferensi
pasien.
- Apabila tidak terdapat kepastian mengenai indikasi untuk kemoterapi adjuvan
(setelah mempertimbangkan semua faktor klinis dan patologis), pemeriksaan
ekspresi gen, seperti MammaPrint, Oncotype DX, Prosigna, Endopredict atau
Breast Cancer Index, dapat dilakukan.
- Kanker luminal B-like HER2-positif harus ditata laksana dengan
kemoterapi, terapi hormon, dan terapi anti-HER2. Pada pasien berisiko rendah
tertentu (T1abN0), dapat dilakukan kombinasi terapi anti-HER2 dan terapi
hormon saja.
- Pasien dengan TNBC harus mendapatkan kemoterapi, dapat terkecuali pasien
dengan ‘subtipe histologis khusus’ berisiko rendah seperti karsinoma
sekretorik atau kistik adenoid atau stadium kanker sangat dini (T1aN0).
- Kanker HER2-positif harus mendapatkan kombinasi kemoterapi dan terapi
anti-HER2, terkecuali pada kasus risiko sangat rendah, seperti tumor
T1aN0.
- Kemoterapi tidak boleh digunakan bersamaan dengan terapi hormon, kecuali
analog gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang digunakan untuk
melindungi ovarium
- Terapi anti-HER2 dapat secara rutin dikombinasikan dengan kemoterapi
berbasis non-antrasiklin, terapi hormon, dan radioterapi.
- Radioterapi dapat diberikan dengan aman selama terapi anti-HER2, terapi
hormon dan kemoterapi berbasis non-antrasiklin, non-taxan.
- Apabila kemoterapi dan radioterapi akan digunakan, kemoterapi biasanya
harus diberikan sebelum radioterapi
Terapi hormonal wanita pramenopause : 1
- Untuk wanita pramenopause, standar perawatannya adalah tamoxifen selama
5-10 tahun.
- Pada pasien yang menjadi pascamenopause dalam 5 tahun pertama sejak
pemberian tamoxifen, penggantian obat ke letrozole harus dipertimbangkan,
bergantung pada prediksi risiko rekurensi lambat.
- Pada pasien yang membutuhkan kemoterapi dan yang mengalami pemulihan
menstruasi (khususnya pada tahun pertama, tetapi dapat diterima dalam 2
tahun pertama), penambahan supresi fungsi ovarium (SFO) pada terapi hormon
harus sangat dipertimbangkan.
- Mengganti tamoxifen dengan aromatase inhibitor (AI) dapat dipertimbangkan
pada pasien berisiko tinggi; yang apabila dilakukan, maka wajib dilakukan
SFO dengan kontrol kadar serum estrogen secara teratur.
- Tidak terdapat peran SFO yang jelas pada pasien berusia <35 tahun yang
tidak membutuhkan kemoterapi, akan tetapi luaran yang kurang baik pada
pasien berusia muda dengan kanker luminal stadium awal, mengindikasikan
penggunaan terapi hormon yang paling efektif (yang di dalamnya termasuk
kombinasi terapi hormonal dengan SFO).
- SFO selama kemoterapi memberikan beberapa perlindungan terhadap fungsi
ovarium dan tidak berdampak negatif terhadap luaran onkologis; dengan
demikian, hal ini perlu diusulkan kepada pasien. Akan tetapi, SFO selama
kemoterapi tidak boleh menjadi satu-satunya metode preservasi fertilitas
yang digunakan, apabila pasien ingin dapat hamil di kemudian hari.
Terapi hormonal pada wanita pascamenopause: 1
- Aromatase inhibitor (AI) baik non-steroid maupun steroid dan
tamoxifen dianggap sebagai pengobatan standar pada wanita
pascamenopause.
- Aromatase inhibitor dapat diberikan di awal (AI non-steroid maupun
steroid), setelah 2-3 tahun setelah pemberian tamoxifen (AI non-steroid
maupun steroid), atau sebagai terapi adjuvan extended setelah 5 tahun
pemberian tamoxifen (AI non-steroid maupun steroid).
- Kemungkinan terapi adjuvan extended harus didiskusikan dengan semua pasien,
kecuali pada pasien dengan risiko kekambuhan sangat rendah (tidak perlu
extended), namun durasi optimal dan regimen terapi hormonal adjuvan saat ini
belum diketahui. Penggunaan AI lebih dari 5 tahun hanya memberi
sedikit manfaat.
- Pasien yang menjalani SFO dan pasien yang menggunakan AI harus disarankan
untuk menjaga asupan kalsium dan vitamin D3 yang adekuat serta menjalani
penilaian densitas mineral tulang secara berkala.
Kemoterapi: 1
- Kemoterapi harus diberikan selama 12-24 minggu (4-8 siklus).
- Regimen berbasis antrasiklin/taxane yang diberikan secara sekuensial
merupakan standar perawatan pada sebagian besar pasien.
- Pada pasien berisiko rendah tertentu, 4 siklus kemoterapi berbasis
antrasiklin atau taxan atau cyclophosphamide/methotrexate/5-fluorouracil
(CMF) dapat diberikan.
- Regimen non-antrasiklin dapat digunakan pada pasien dengan risiko
komplikasi jantung.
- Regimen berbasis antrasiklin tidak boleh mencakup 5-fluorouracil.
Epirubicin ditambah cyclophosphamide (EC) atau doxorubicin dengan
cyclophosphamide (AC) adalah standar perawatan.
- Regimen platinum tidak digunakan secara rutin pada setting adjuvan.
- Penggunaan jadwal padat dosis (dose-dense schedules) [dengan bantuan
granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF)] harus dipertimbangkan,
terutama pada tumor dengan proliferasi tinggi (highly proliferative
tumor).
Terapi sistemik kanker subtipe HER2): 1
Tabel ringkasan terapi kanker payudara stadium awal berdasarkan stadium dan
subtipe2
STADIUM
|
SUBTIPE KANKER PAYUDARA
|
Luminal A
Atau
Luminal B HER2-negative
|
HER2-positive
atau Tripel-postive
|
Triple-negative
|
Stadium I
|
Operasi, dilanjutkan terapi sistemik
|
Stadium II
|
Operasi, dilanjutkan terapi sistemik.
ATAU
Pasien menginginkan pengecilan tumor terlebih dahulu agar hasil
estetika pascaoperasi lebih baik: terapi sistemik, dilanjutkan
operasi.
|
Terapi sistemik, dilanjutkan operasi.
|
Stadium III
|
Stadium IIIA: operasi, dilanjutkan terapi sistemik.
ATAU
Pasien menginginkan pengecilan tumor terlebih dahulu agar hasil
estetika pasca-operasi lebih baik: terapi sistemik, dilanjutkan
operasi.
|
Stadium IIIB: terapi sistemik, dilanjutkan operasi.
|
Keterangan:
Terapi sistemik: terapi menggunakan obat yang dapat beredar ke
seluruh tubuh. |
II. Kanker Payudara Stadium Lanjut
Kaidah Umum : 3
- Penatalaksanaan kanker payudara stadium lanjut merupakan hal yang
kompleks, dan oleh sebab itu, keterlibatan dari semua spesialisasi yang
sesuai dan tim multidisiplin (meliputi, tapi tidak terbatas pada medis,
radiasi, dan ahli bedah onkologi, ahli radiologi, patologi, ginekologi,
psikoonkologi, pekerja sosial, perawat dan spesialis perawatan paliatif)
merupakan hal yang sangat penting.
- Dari sejak diagnosis kanker payudara stadium lanjut ditegakkan, perawatan
psikososial, perawatan suportif dan intervensi terkait gejala harus
ditawarkan kepada pasien sebagai bagian rutin dari perawatan. Pendekatan
perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
- Setelah penilaian menyeluruh dan konfirmasi kanker payudara metastatik,
potensi tujuan perawatan harus didiskusikan.
- Pasien harus diberitahu bahwa kanker payudara metastatik tidak dapat
disembuhkan namun dapat ditangani, dan ada sebagian pasien yang dapat hidup
dengan metastasis kanker payudara untuk waktu yang lama (bahkan hingga
bertahun-tahun pada beberapa kasus). Percakapan ini harus dilakukan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, menghormati privasi pasien dan
perbedaan budaya, dan apabila memungkinkan, berikan juga informasi
tertulis.
- Semua pasien dengan kanker payudara metastatik harus mendapatkan informasi
mengenai penyakit mereka dan penanganannya yang bersifat: komprehensif, peka
terhadap budaya, terkini dan juga mudah dimengerti. Pasien (dan keluarga,
pemberi perawatan atau support network -- apabila pasien setuju)
harus diajak untuk berpartisipasi dalam semua proses pengambilan
keputusan.
- Apabila memungkinkan, dorong pasien agar didampingi dengan orang-orang yang
dapat mendukung mereka dan keputusan pengobatan yang diambil (misalnya
anggota keluarga, pemberi perawatan, dan support network).
Panduan umum terapi lokoregional: 3
- Sampai saat ini, pengangkatan tumor primer pada pasien dengan kanker
payudara stadium IV de novo belum dikaitkan dengan survival yang
lebih panjang, kecuali mungkin pada sebagian pasien dengan metastasis pada
tulang saja. Akan tetapi, pengangkatan tumor primer dapat dipertimbangkan
pada pasien tertentu dengan penyakit sistemik terkontrol, terutama untuk
meningkatkan kualitas hidup, dengan selalu mempertimbangkan preferensi
pasien.
- Sebagai catatan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembedahan hanya
bermanfaat apabila dilakukan dengan cara yang sama detilnya seperti jika
dilakukan pada kanker payudara stadium awal (pengangkatan penyakit
secara menyeluruh).
- Uji klinis prospektif tambahan yang mengevaluasi manfaat, kandidat terbaik
dan waktu terbaik untuk mendapatkan terapi ini, saat ini masih sedang
berlangsung.
- Sebagian kecil pasien dengan kanker payudara stadium lanjut, contohnya
pasien dengan karsinoma oligometastatik atau metastasis volume rendah yang
sangat sensitif terhadap terapi sistemik, dapat mencapai remisi total dan
survival jangka panjang. Pendekatan multimodal, meliputi terapi
lokoregional dengan tujuan kuratif, harus dipertimbangkan pada pasien-pasien
ini. Selain itu, diperlukan juga sebuah uji klinis prospektif untuk
menangani situasi khusus ini.
Panduan umum terapi sistemik: 3
- Pilihan terapi harus melibatkan setidaknya faktor-faktor berikut: Hormone receptor (HR) dan status HER2, status germline BRCA, p hosphatidylinositol-4,5-bisphosphate 3-kinase catalytic subunit alpha
(PIK3CA)
pada karsinoma dengan HR-positif dan programmed death-ligand1 (PD-L1) pada
TNBC apabila terapi target tersedia, riwayat terapi sebelumnya dan
toksisitasnya, disease-free interval (DFI), tumor burden (didefinisikan
dengan jumlah dan lokasi metastasis), usia biologis pasien, status kinerja
pasien, komorbiditas (termasuk disfungsi organ), status menopause, kebutuhan
terhadap pengendalian cepat penyakit/gejala, faktor sosioekonomi dan
psikologi, terapi yang tersedia dan preferensi pasien.
- Usia pasien tidak boleh menjadi satu-satunya alasan dalam menahan pemberian
terapi yang efektif (pada pasien lanjut usia) atau pengobatan berlebihan
(pada pasien muda). Usia tidak boleh menjadi satu-satunya penentu intensitas
suatu pengobatan.
Panduan umum kemoterapi: 3
- Penggunaan satu agen kemoterapi (single agent chemotherapy), baik secara
kombinasi maupun sekuensial, merupakan pilihan yang dapat diambil.
Berdasarkan data yang tersedia, monoterapi sekuensial direkomendasikan
sebagai terapi yang lebih dipilih untuk kanker payudara stadium lanjut.
Kombinasi kemoterapi hanya diberikan untuk pasien dengan progresi klinis
yang cepat, metastasis viseral mengancam jiwa, atau kebutuhan terhadap
pengendalian cepat penyakit/gejala.
- Apabila tidak ada kontraindikasi medis atau kekhawatiran pasien, regimen
berbasis antrasiklin atau taxan, terutama sebagai agen tunggal (single
agents), biasanya akan dipertimbangkan sebagai kemoterapi lini pertama untuk
pasien kanker payudara stadium lanjut dengan HER2-negatif yang belum pernah
mendapatkan regimen ini sebagai terapi (neo)adjuvan atau untuk pasien yang
sesuai untuk mendapatkan kemoterapi ini. Terdapat pula pilihan lain yang
tersedia dan efektif, seperti capecitabine dan vinorelbine, terutama apabila
prioritas pasien adalah menghindari alopecia (kebotakan).
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut yang belum pernah mendapatkan
taxan (taxane-naive) dan resisten terhadap antrasiklin atau pasien dengan
dosis kumulatif antrasiklin maksimal atau riwayat toksisitas antrasiklin
(yaitu pada jantung) yang dipertimbangkan untuk menjalani kemoterapi
lanjutan, terapi berbasis taxae, terutama sebagai agen tunggal biasanya akan
dipertimbangkan sebagai pilihan terapi. Terdapat pula pilihan lain yang
tersedia dan efektif, seperti capecitabine dan vinorelbine, terutama apabila
prioritas pasien adalah menghindari alopecia.
- Pada pasien yang telah mendapatkan pengobatan (dalam setting adjuvan
dan/atau metastasis) dengan antrasiklin dan taxan, agen tunggal
capecitabine, vinorelbine atau eribulin merupakan pilihan yang lebih
diutamakan. Pilihan tambahan yang dapat diberikan meliputi gemcitabine,
senyawa platinum, taxan yang berbeda dan antrasiklin liposomal. Keputusan
pengobatan yang dipilih harus bersifat individual dan mempertimbangkan
profil toksisitas yang berbeda-beda, paparan sebelumnya, preferensi pasien
dan ketersediaan obat di negara tersebut.
- Apabila diberikan dalam setting adjuvan, taxan dapat digunakan kembali
sebagai terapi lini pertama kasus metastasis, terutama jika disease free
interval telah mencapai setidaknya 1 tahun.
- Apabila diberikan dalam setting adjuvan dan dosis kumulatif maksimal belum
tercapai dan belum terdapat kontraindikasi jantung, antrasiklin dapat
digunakan pada kanker payudara stadium lanjut, terutama jika disease free
interval telah mencapai setidaknya 1 tahun.
- Durasi setiap regimen dan jumlah regimen harus disesuaikan untuk
masing-masing pasien.
- Biasanya, setiap regimen (kecuali antrasiklin) harus diberikan hingga
kanker berprogresi atau toksisitas yang tidak dapat ditoleransi. Batas
toleransi ini harus terlebih dahulu didefinisikan bersama dengan
pasien.
Panduan umum terapi hormon: 3
- Terapi hormon merupakan pilihan terapi pada karsinoma dengan ER-positif
walaupun terdapat metastasis pada organ viseral, kecuali terdapat krisis
viseral, untuk wanita pra dan perimenopause dengan SFO atau ablasi fungsi
ovarium (AFO), laki-laki (terutama dengan luteinizing hormone-releasing
hormone agonist) dan wanita pascamenopause.
- Banyak percobaan pada kanker payudara stadium lanjut ER-positif tidak
melibatkan pasien pramenopause. Meskipun demikian, wanita berusia muda
dengan kanker payudara stadium lanjut ER-positif harus mendapatkan SFO/AFO
yang adekuat dan kemudian ditatalaksana dengan cara yang sama seperti wanita
pascamenopause, menggunakan agen hormonal, dengan atau tanpa terapi
target.
- Pecobaan di masa depan yang mengeksplorasi strategi pengobatan berbasis hormon baru harus
dirancang untuk memungkinkan pengobatan pada wanita pra dan pascamenopause,
serta pasien pria.
- Pada wanita pramenopause yang telah memutuskan untuk menjalani terapi
hormon, kombinasi SFO/AFO dengan terapi tambahan berbasis hormon merupakan
pilihan yang lebih diutamakan.
- AFO dengan ooforektomi bilateral laparaskopik memastikan terjadinya supresi
estrogen dan kontrasepsi definitif, menghindari potensi flare inisial tumor
yang ditemukan pada penggunaan agonis LHRH dan dapat meningkatkan
eligibilitas pasien untuk mengikuti uji klinis. Pasien harus diinformasikan
mengenai pilihan SFO/AFO dan keputusan yang harus dibuat berdasarkan kasus
per kasus.
- Tamoxifen agen tunggal merupakan satu-satunya pilihan terapi hormon yang
tersedia untuk wanita pramenopause yang menolak SFO/AFO, namun pilihan ini
dipercaya kurang efektif.
- Agen lini pertama yang lebih diutamakan bergantung pada tipe dan durasi
terapi hormon adjuvan, serta jarak waktu sejak terapi hormon adjuvan selesai
diberikan (dapat berupa AI, tamoxifen, atau fulvestrant), baik untuk untuk
wanita pra dan perimenopause dengan SFO/AFO, pasien laki-laki (terutama
dengan agonis LHRH) dan wanita pascamenopause.
- Inhibitor CDK4/6 yang dikombinasikan dengan terapi hormon merupakan standar
perawatan untuk pasien kanker payudara stadium lanjut dengan
ER-positif/HER2-negatif, karena obat ini mencapai manfaat progression-free
survival (PFS) yang substansial, meningkatkan overall survival (OS) secara
signifikan, dan mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
- Inhibitor CDK4/6 dapat dikombinasikan dengan AI atau fulvestrant, pada
kanker payudara stadium lanjut de novo atau rekuren, pada lini pertama atau
kedua, dan pada kasus resisten primer atau sekunder (sesuai dengan definisi
pada panduan kanker payudara stadium lanjut).
- Rekomendasi ini berlaku untuk wanita pascamenopause, wanita pramenopause
dalam kombinasi dengan agonis LHRH, dan untuk pasien laki-laki terutama
dalam kombinasi dengan agonis LHRH.
- Masih belum jelas apakah inhibitor CDK4/6 sebaiknya diberikan pada setting
lini pertama atau kedua. Akan tetapi, mayoritas panelis lebih mengutamakan
pemberian pada setting lini pertama pada sebagian besar pasien mereka.
- Tidak terdapat data yang mendukung penggunaan kombinasi inhibitor CDK4/6
dan terapi hormon sebagai terapi maintenance setelah kemoterapi. Terapi
maintenance dalam kasus ini harus dilakukan dengan terapi hormon saja.
- Penambahan everolimus pada AI merupakan pilihan yang dapat diambil untuk
sebagian pasien: wanita pra dan perimenopause dengan SFO/AFO, laki-laki
(terutama dengan agonis LHRH) dan wanita pascamenopause yang belum pernah
(apabila inhibitor CDK4/6 tidak tersedia) atau telah mendapatkan terapi
hormonal, karena secara signifikan dapat memperpanjang PFS, meski tanpa ada
bukti manfaat pada OS.
- Keputusan untuk mengobati pasien harus mempertimbangkan toksisitas terkait
kombinasi ini, kurangnya manfaat pada OS, biaya, dan ketersediaan obat.
Tamoxifen atau fulvestrant dapat pula dikombinasikan dengan
everolimus.
- Pencegahan yang adekuat, pemantauan ketat dan pengobatan proaktif dari efek
samping dibutuhkan, terutama pada pasien berusia lebih tua yang diobati
dengan everolimus karena peningkatan kejadian kematian akibat toksisitas
yang dilaporkan dalam studi BOLERO-2.
- Everolimus dan inhibitor CDK4/6 tidak boleh dipergunakan jika terjadi
progresivitas penyakit saat menggunakan obat-obat tersebut, kecuali jika
merupakan uji klinis.
Panduan Terapi Kanker HER2: 3
- Terapi anti-HER2 harus ditawarkan segera (sebagai lini pertama) pada semua
pasien dengan kanker payudara stadium lanjut HER2-positif, kecuali apabila
terdapat kontraindikasi untuk penggunaan terapi tersebut.
- Pasien yang mengalami progresi kanker dengan penggunaan kombinasi terapi
anti-HER2 dengan agen sitotoksik atau agen hormonal harus ditawarkan terapi
anti-HER2 tambahan pada pengobatan selanjutnya, kecuali apabila terdapat
kontraindikasi, karena akan bermanfaat untuk menekan jalur HER2.
- Pemilihan agen anti-HER2 akan bergantung pada ketersediaan pada negara
tertentu, terapi anti-HER2 yang sebelumnya digunakan dan interval bebas
relaps (relapse-free interval).
- Urutan yang optimal dari semua terapi anti-HER2 yang tersedia saat ini
masih belum diketahui. Durasi terapi anti-HER2 yang optimal untuk kanker
payudara metastatik (yaitu kapan harus menghentikan agen ini) juga masih
tidak diketahui.
- Pada pasien yang mencapai remisi total, durasi optimal untuk terapi
maintenance anti-HER2 tidak diketahui dan harus diseimbangkan dengan
toksisitas terapi tersebut, beban logistik dan biaya. Menghentikan terapi
anti-HER2 beberapa tahun setelah mencapai remisi total dapat dipertimbangkan
pada sebagian pasien, terutama apabila pengobatan ulang dapat dilakukan jika
terjadi progresi penyakit.
- Pasien yang telah mendapatkan terapi anti-HER2 neoadjuvan tipe apapun tidak
boleh dieksklusi dari uji klinis untuk kanker payudara stadium lanjut
HER2-positif. Pasien-pasien ini tetap menjadi kandidat untuk terapi
anti-HER2.
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut terpilih dengan
ER-positif/HER2-positif, yang mendapatkan terapi hormon + anti HER-2 sebagai
terapi lini pertama, blokade gande anti-HER2 (dengan pertuzumab +
trastuzumab atau lapatinib + trastuzumab) dapat digunakan karena memberikan
manfaat terhadap PFS. Keputusan ini harus diseimbangkan dengan efek samping
yang lebih banyak, biaya yang lebih tinggi, dan belum adanya manfaat
terhadap OS sampai saat ini, dibandingkan dengan terapi hormon + monoterapi
anti-HER2.
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut dengan ER-positif/HER2-positif,
yang mendapatkan kemoterapi + anti-HER2 sebagai terapi lini pertama dan
menunjukkan manfaat, sewajarnya terapi maintenance yang digunakan setelah
menghentikan kemoterapi adalah terapi endokrin + anti-HER2, meskipun
strategi ini belum pernah dipelajari dalam randomized trials.Terapi maintenance harus diberikan hingga terjadi progresivitas, toksisitas
yang tidak dapat ditoleransi atau atas permintaan pasiem, dan perlu
dievaluasi dalam uji klinis.
- Tidak terdapat data yang dapat membantu menentukan penggunaan anti-HER2
agen tunggal atau blokade ganda untuk dikombinasikan dengan terapi hormon
maintenance setelah menghentikan kemoterapi pada kanker payudara stadium
lanjut dengan ER-positif/HER2-positif.
- Pada setting lini pertama, untuk kanker payudara stadium lanjut
HER2-positif yang telah diobati (dalam setting adjuvan dengan DFI > 12
bulan) atau belum diobati dengan trastuzumab, pemberian kombinasi kemoterapi
+ trastuzumab lebih unggul daripada kombinasi kemoterapi + lapatinib dalam
hal PFS dan OS.
- Terapi lini pertama standar untuk pasien yang sebelumnya tidak diobati
dengan terapi anti-HER2 adalah kombinasi kemoterapi + trastuzumab dan
pertuzumab karena telah terbukti lebih unggul dibandingkan kemoterapi +
trastuzumab dalam hal OS pada populasi ini.
- Pada pasien yang sebelumnya telah diobati dengan terapi anti-HER2 dalam
setting neoadjuvan, kombinasi kemoterapi + trastuzumab dan pertuzumab
merupakan pilihan yang penting untuk terapi lini pertama.
- Saat ini tidak ada data yang mendukung penggunaan blokade ganda dengan
trastuzumab + pertuzumab dan kemoterapi apabila terjadi progresi dan oleh karena itu blokade ganda tidak boleh diberikan jika terjadi progresi penyakit kecuali pada uji klinis.
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut dengan HER2-positif yang sebelumnya tidak diobati dengan kombinasi kemoterapi + trastuzumab + pertuzumab, pengobatan ini dapat diberikan setelah terapi lini pertama.
- Setelah terapi lini pertama berbasis trastuzumab, T-DM1 memiliki efikasi yang lebih unggul dibandingkan terapi berbasis HER2 lainnya di lini kedua
(dibandingkan lapatinib + capecitabine) dan yang lainnya (misal: pengobatan pilihan dokter). T-DM1 harus lebih diutamakan pada pasien yang telah mengalami progresi melalui setidaknya satu lini terapi berbasis trastuzumab, karena memberikan
manfaat OS.
- Apabila progresi penyakit terjadi melalui terapi berbasis trastuzumab, kombinasi trastuzumab + lapatinib adalah pilihan pengobatan yang dapat dipilih untuk beberapa pasien. Namun, tidak ada data tentang penggunaan kombinasi ini pada kasus progresi setelah terapi dengan pertuzumab atau T-DM1.
Panduan Terapi Kanker Triple-negative: 3
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut triple-negative (dengan status
BRCA apapun) yang sebelumnya diobati dengan antrasiklin dengan atau tanpa
taxan pada setting neoacjuvan, carboplatin menunjukkan efikasi yang
sebanding dan toksisitas yang lebih baik dibandingkan dengan docetaxel, dan
oleh karena itu merupakan pilihan pengobatan yang penting.
- Pada pasien kanker payudara stadium lanjut triple-negative yang tidak
terkait BRCA, tidak terdapat data yang mendukung penggunaan kemoterapi
spesifik tertentu, selain platinum. Oleh karena itu, semua rekomendasi
kemoterapi untuk kanker HER2-negatif dapat diberikan pula pada kanker
payudara stadium lanjut triple-negative.
- Reseptor androgen (AR) merupakan target potensial pada kanker payudara
stadium lanjut triple-negative. Akan tetapi, tidak terdapat metode
pemeriksaan standar untuk menguji AR. Beberapa data yang ada menunjukkan
efikasi yang rendah dalam penggunaan agen antagonis AR seperti bicalutamide
dan enzalutamide. Pada saat ini, agen-agen ini belum boleh digunakan dalam
praktik klinis rutin.
- Diperlukan uji coba lebih definitif dan upaya penelitian yang harus terus dilakukan untuk dapat mengoptimalkan dan membakukan pemeriksaan AR.
- Atezolizumab + nab-paclitaxel merupakan pilihan pada terapi lini pertama
pada kanker payudara stadium lanjut triple-negative dengan PD-L1-positif,
baik de novo atau setidaknya 12 bulan sejak dilakukan kemoterapi
neoadjuvan.
- Monoterapi inhibitor checkpoint di lini selanjutnya untuk penanganan kanker
payudara stadium lanjut triple-negative tidak direkomendasikan karena
respons yang rendah.
- Beberapa uji coba yang tengah berlangsung sedang mengevaluasi peran
imunoterapi pada subtipe lain kanker payudara stadium lanjut (non-TNBC) dan,
untuk saat ini tidak direkomendasikan di luar uji klinis.
- Imunoterapi, bersama dengan inhibitor checkpoint, untuk semua subtipe
biologi kanker payudara stadium lanjut, tidak boleh digunakan secara rutin
di luar uji klinis. Beberapa uji coba yang tengah berlangsung sedang
mengevaluasi peran jenis pengobatan ini pada semua subtipe kanker payudara
stadium lanjut.
Panduan tambahan :3
- Status PD-L1 harus diperiksa pada kasus kanker payudara stadium lanjut
triple-negative lini pertama apabila pengobatan dengan inhibitor immune
checkpoint tersedia.
- Status PD-L1 merupakan pemeriksaan pendamping untuk penggunaan kombinasi
atezolizumab dan taxan sebagai terapi lini pertama pada kanker payudara
stadium lanjut triple-negative, menggunakan imunohistokimia dengan antibodi
SP142 (Ventana) dan cut-off 1% positif pada pewarnaan sel imun.
- Pasien kanker payudara stadium lanjut HER2-negatif dengan ER-positif rendah
(1%-10%) (dan PgR-positif), tidak boleh mendapatkan terapi hormon secara
eksklusif.
- Pasien kanker payudara stadium lanjut HER2-negatif dengan ER-positif rendah
(1%-10%) (dan PgR-positif) dapat dianggap sebagai pasien triple-negative
untuk uji klinis.
Referensi:
1. Cardoso F, Kyriakides S, Ohno S, Penault-Llorca F, Poortmans P, Rubio I et
al. Early breast cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis,
treatment and follow-up. Annals of Oncology. 2019;30(8):1194-1220.
2. Sobri FB, Wibisana IG, Rachman A, Wahyono Y, Soeis DS, Halim ON, et al.
Cerdas Menghadapi Kanker Payudara. 2nd ed. Jakarta: Gramedia; 2014.
3. Cardoso F, Paluch-Shimon S, Senkus E, Curigliano G, Aapro M, André F et al.
5th ESO-ESMO international consensus guidelines for advanced breast cancer
(ABC 5). Annals of Oncology. 2020;31(12):1623-1649.