Pengguna modul diharapkan akan mampu menerapkan tahap penegakan diagnosis Kanker Payudara berdasarkan keilmuan terkini.
Ketika seorang pasien datang dengan keluhan pada payudara atau ditemukan kelainan payudara pada kegiatan skrining, maka seorang klinisi harus berupaya menegakkan diagnosis seakurat mungkin melalui langkah-langkah pemeriksaan yang tervalidasi menurut studi-studi sebelumnya dan aman bagi pasien. Prosedur-prosedur yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada kelainan payudara mencakup:
A. Anamnesis
Anamnesis berfokus pada eksplorasi keluhan dan faktor risiko1 (untuk faktor risiko kanker payudara dapat dilihat dalam Ruang Sayangi Dirimu) .Meskipun keluhan nyeri ditemukan pada banyak kasus kanker payudara, nyeri bukan penanda pasti kanker payudara.
B. Pemeriksaan
Fisis
Pemeriksaan fisis yang baik mengkonfirmasi temuan anamnesis. Fokus utama yang perlu diperhatikan antara lain:
Baca dan tonton lebih lengkap pada video SADANIS di Ruang Dokter.
C. Pemeriksaan
Penunjang
Temuan pemeriksaan klinis dikonfirmasi melalui pemeriksaan penunjang. Beragam modalitas penunjang dapat dimanfaatkan untuk diagnostik kanker payudara.
1. Mamografi untuk Diagnostik
Mamografi untuk diagnostik dianjurkan
pada wanita usia ≥ 30 tahun dengan gejala.2,3
Temuan pada mamografi mengikuti The Breast Imaging Reporting and Data
System (BI-RADS), yaitu sistem skoring yang menggabungkan temuan radiologis
ke dalam suatu simpulan. Terdapat 6 level
BI-RADS, antara lain:4
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi
dapat membedakan apakah benjolan di payudara merupakan massa padat atau massa
berisi cairan (kistik). Namun, USG kurang dapat menilai mikrokalsifikasi4
dan spesifisitasnya hanya 34%. Karenanya USG bukanlah modalitas utama skrining.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan
MRI memiliki sensitivitas yang tinggi (86-100%) jika dikombinasi dengan
mamografi dan pemeriksaan klinis dalam mendeteksi keganasan payudara. Sayangnya,
ketersediaan MRI terbatas, harganya mahal, dan membutuhkan keahlian tersendiri untuk
menginterpretasi.5
Selain itu MRI kurang spesifik sehingga hanya dianjurkan pada kasus di mana temuan klinis, mamografi, dan USG, menghasilkan kesimpulan yang indefinitif, dimana MRI dapat menjadi solusi.4,5 Panduan ESMO menyarankan penggunaan MRI pada kondisi:6
4. Biopsi
Pemeriksaan
histopatologi melalui biopsi merupakan baku emas diagnosis kanker payudara sehingga biopsi diindikasikan pada pasien dengan massa curiga ganas. Biopsi
juga dilanjurkan pada pasien dengan klinis yang mengarah pada kecurigaan kanker
payudara tetapi hasil pencitraannya kurang konklusif (massa indeterminate).4
Ragam metode biopsi:
· Memiliki
akurasi yang rendah sehingga lebih jarang digunakan.
· Untuk
diagnosis pasti dengan FNAB, harus terdapat sinkronus tripel diagnostik
(pemeriksaan fisis, pencitraan dan FNAB semuanya mengarah pada keganasan).
· Jika
FNAB menghasilkan diagnosis keganasan, tidak dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan imunohistokimia untuk mendapatkan data sifat biologi kanker. Padahal
era pengobatan kanker payudara masa kini, selain ditentukan oleh stadium, juga
ditentukan oleh sifat biologinya.
D. Alur Penegakkan Diagnosis
Keterangan
*: Jika tidak terdapat mamografi, maka setidaknya lakukan USG. Sangat tidak bijaksana untuk langsung melakukan operasi karena berisiko melakukan tindakan tidak tepat yang dapat berdampak pada penyebaran kanker dan dilakukannya operasi berulang kali.
Keterangan :
* Sangat tidak bijaksana untuk langsung melakukan operasi karena berisiko melakukan tindakan tidak tepat yang dapat berdampak pada penyebaran kanker dan dilakukannya operasi berulang kali.
Jika hasil core biopsy merupakan keganasan payudara, maka perlu dilakukan evaluasi metastasis yang bermanfaat dalam hal penegakan stadium klinis dan pembuatan desain terapi yang tepat bagi pasien. Selain itu, jaringan yang diambil pada tindakan core biopsy sebaiknya dilakukan pemeriksaan imunohistokimia (IHK) untuk mengetahui sifat kanker demi menentukan pengobatan yang tepat.
E. Evaluasi Metastasis Sebelum Pengobatan
i. Workup metastasis untuk cT1 (klinis ukuran tumor <2 cm); cN0 (klinis tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional sisi ipsilateral) dan tidak terdapat kecurigaan metastasis jauh :
ii. Workup metastasis untuk c> T2 (klinis ukuran tumor >2 cm atau terdapat infiltrasi tumor ke kulit dan/atau dinding dada); atau cN+ cN0 (klinis ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional sisi ipsilateral) dan tidak terdapat kecurigaan metastasis jauh dan memenuhi kriteria untuk diberikan terapi sistemik neoadjuvant.
iii. Kriteria Pemberian
Terapi Sistemik Neoadjuvant:4
Manfaat yang diketahui:
Peluang:
Hati-hati:
Kandidat untuk terapi neoadjuvant
sistemik:
Pasien dengan kanker payudara yang tidak
dapat dioperasi, yaitu:
Pada pasien kanker payudara yang dapat dioperasi, namun terapi neoadjuvant sistemik lebih dianjurkan, yaitu pada kondisi:
Bukan kandidat untuk terapi neoadjuvant sistemik:
Secara ringkas, hal-hal yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker payudara yang baru ditemukan adalah sebagai berikut:7
Pemeriksaan status kesehatan umum |
·
Anamnesis riwayat penyakit ·
Status menopause ·
Pemeriksaan fisis ·
Pemeriksaan darah lengkap ·
Pemeriksaan fungsi hepar, ginjal dan jantung (pada pasien
yang direncanakan menjalani terapi antrasiklin dan/atau trastuzumab) ·
Pemeriksaan alkalin fosfatase dan kalsium. |
Pemeriksaan tumor primer |
·
Pemeriksaan fisis ·
Mammografi ·
Ultrasonografi payudara ·
MRI payudara pada kasus tertentu. |
Pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) |
·
Pemeriksaan fisis ·
Ultrasonografi ·
Biopsi dipandu ultrasonografi apabila terdapat kecurigaan
pada KGB |
Pemeriksaan metastasis |
·
Pemeriksaan fisis ·
Pemeriksaan lain tidak rutin direkomendasikan, kecuali pada
tumor berukuran lebih dari 2 cm atau terdapat pembesaran KGB aksila pada
pemeriksaan klinis, tumor dengan sifat biologi yang agresif (subtipe Her2 atau
triple negatif), atau etika terdapat gejala yang mengarah pada metastasis. |
Referensi :
1. Moyer V. Risk
Assessment, Genetic Counseling, and Genetic Testing for BRCA-Related Cancer in
Women: U.S. Preventive Services Task Force Recommendation Statement. Annals of
Internal Medicine. 2014;160(4):271-81.
2. Smith R, Saslow D,
Andrews Sawyer K, Burke W, Costanza M, Evans W et al. American Cancer Society
Guidelines for Breast Cancer Screening: Update 2003. CA: A Cancer Journal for
Clinicians. 2003;53(3):141-69.
3. Oeffinger K, Fontham E,
Etzioni R, Herzig A, Michaelson J, Shih Y et al. Breast Cancer Screening for
Women at Average Risk. JAMA. 2015;314(15):1599.
4. Bevers T, Helvie M,
Bonaccio E, Calhoun K, Daly M, Farrar W et al. Breast Cancer Screening and
Diagnosis, Version 3.2018, NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology.
Journal of the National Comprehensive Cancer Network. 2018;16(11):1362-1389.
5. Wang L. Early Diagnosis
of Breast Cancer. Sensors. 2017;17(7):1572.
6. Cardoso F, Kyriakides S, Ohno S,
Penault-Llorca F, Poortmans P, Rubio I et al. Early breast cancer: ESMO
Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of
Oncology. 2019;30(8):1194-1220.
7. Łukasiewicz E, Ziemiecka
A, Jakubowski W, Vojinovic J, Bogucevska M, Dobruch-Sobczak K. Fine-needle
versus core-needle biopsy – which one to choose in preoperative assessment of
focal lesions in the breasts? Literature review. Journal of Ultrasonography
[Internet]. 2017 [cited 15 April 2021];17(71):267-74. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5769667/
8. Triantafillidou E.
Enhancing the Critical Role of Core Needle Biopsy in Breast Cancer. Hellenic
Journal of Surgery. 2020;92(2):76-84.
9. Willems S, van Deurzen
C, van Diest P. Diagnosis of breast lesions: fine-needle aspiration cytology or
core needle biopsy? A review. Journal of Clinical Pathology [Internet]. 2012
[cited 15 April 2021];65(4):287-292. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22039282/
10. Hukkinen K, Kivisaari L, Heikkilä P, Von Smitten K, Leidenius
M. Unsuccessful preoperative biopsies, fine needle aspiration cytology or core
needle biopsy, lead to increased costs in the diagnostic workup in breast
cancer. Acta Oncologica. 2008;47(6):1037-45.
11. Sobri FB, Bachtiar A, Panigoro SS, Cresti J, Yuswar PW,
Krisnuhoni E, et al. The must change strategy of breast cancer diagnosis in
Indonesia during COVID-19 pandemic era: moving to ultrasound-guided
percutaneous core needle biopsy. (perlu dilengkapi nama jurnal kl sdh
published)
12. Bevers T, Helvie M, Bonaccio E, Calhoun K, Daly M, Farrar W
et al. Breast Cancer, Version 4.2021, NCCN Clinical Practice Guidelines in
Oncology. Journal of the National Comprehensive Cancer Network. 2021.
13. Salzman B, Collins E, Hersh L. Common Breast Problems. Am Fam
Physician. 2019; 99(8):505-514.
Uji pengetahuanmu dengan kuis MammaSIP